KeKawah Ijen - Baluran. anisillahi12, pada 16 Juni 2022, 13.16 di Lebih baik backpacker sih klo menurut sy Asal dari awal udh ter planned mau kemana2 saja.. Untuk transport khususnya ke ijen ga susah kok. 2 Nyari teman trip jogja 1 CAMPING di B29 - IJEN - RED ISLAND Tipsbackpacker ke Jogja selanjutnya adalah carilah penginapan murah yang berada di sekitar Malioboro. Di salah satu situs booking hotel ternama di Indonesia, Anda bisa memperoleh penginapan nyaman di sekitar Malioboro mulai harga Rp 200.000. 3. Tiketmasuk kawah ije cukup murah hanya membayar Rp 7000 anda sudah bisa melakukan pendakian ke gunung kawah ijen dan turun ke danau dengan syarat asap belerang tidak banyak. Perjalanan ini sangat menyenangkan walaupun badan terasa patah-patah karena mendaki 3 km selama 2 jam, turun ke area parkiran cukup 30 menit. Fast Money. BACKPACKER KAWAH IJEN BANYUWANGI, INDONÉSIA 34 fotos, comparação de preços e avaliações - TripadvisorPerguntas frequentes sobre Backpacker Kawah IjenQuais são as atrações conhecidas perto de Backpacker Kawah Ijen?As atrações próximas incluem Museum Blambangan a 1,1 km.Quais são algumas das comodidades oferecidas por Backpacker Kawah Ijen?Wi-fi gratuito, café da manhã e restaurante são algumas das comodidades opções de comidas e bebidas estão disponíveis em Backpacker Kawah Ijen?Os hóspedes podem usufruir de café da manhã e restaurante durante a estadia. Backpacker Kawah Ijen oferece estacionamento?Sim, estacionamento grátis está disponível para os são os restaurantes perto de Backpacker Kawah Ijen?Restaurantes com ótima localização incluem Osing Deles, Jaran Goyang e Pecel Kawah Ijen oferece traslado do aeroporto?Sim, Backpacker Kawah Ijen oferece traslado do aeroporto para hóspedes. Recomendamos ligar com antecedência para confirmar os equipe de Backpacker Kawah Ijen fala que idiomas?A equipe fala vários idiomas, incluindo Inglês e Indonésio. Hello Banyuwangi! Kota yang menjadi salah satu destinasi dalam bucket list saya sejak dulu yang dikenal banyak kalangan wisatawan terutama kawah ijen dan baluran. Nah, mumpung nih di tahun 2018 ini saya lihat-lihat banyak tanggal merah berdekatan maupun HARPITNAS Hari Kejepit Nasional saya atur deh rangkaian trip menuju Banyuwangi ini. Itinerary emang penting lur, walaupun terkadang kita dalam berkelana seringkali melakukan hal-hal yang ada diluar rencana kita. Tersusunlah rencana, yang awalnya start dari Purwokerto – Surabaya, Surabaya – Banyuwangi akhirnya saya putuskan untuk start from Yogyakarta. Tiket sudah saya booking semenjak 2 minggu sebelum pemberangkatan, karena musim liburan dijamin tiket bakalan sold out. So, Kali ini saya akan share pengalaman trip ke Banyuwangi dan Bonus trip ke Surabaya super murah! DAY I Hari pertama saya berangkat dari Purwokerto dikala sore hari menggunakan Bus Efisiensi menuju Jogja. Cukup ekonomis sih hanya Rp get free mineral water dan Perjalanan memakan waktu 5 jam dari kota Purwokerto. Tak usah khawatir kalau mau buang air kecil atau besar, bus ini akan transit sekitar 15 menitan di pool efisiensi Kebumen. Bus Efisiensi ini ternyata menyediakan shuttle gratis juga loh yang bakalan nganterin kalian ke Jogja Kota! Setelah 5 jam berlalu, saya di oper dari Ambar Ketawang menuju ke Malioboro menggunakan shuttle. Saya gak sendiri, perjalanan trip kali ini bersama popon. Kopi Joss dan nyanyian pengamen jalanan menemani jogja ku mala mini sembari menunggu popon dan teman yang nanti saya akan tumpangin tidur. Untuk menghemat cost saya menginap di kost teman saya yang kebetulan masih menjadi mahasiswa di Jogja. Cost DAY 1 Bus Efisiensi ke Jogja Rp Makan di kopi Jos Rp - + Rp DAY 2 Kami memulai perjalanan dari Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Karang Asem menggunakan kereta Sri Tanjung. Lempuyangan pagi itu sedang ramai sekali. tak heran jika memang kala itu sedang berada di long weekend. Saya ingatkan lur, perjalanan 13 jam di kereta emang membuat penat dan bosan, jangan lupa kalian membawa hiburan untuk membunuh kejenuhanmu, seperti novel, game di gadget, save video youtube offline, dan music. Penting juga nih, makanan dan minuman yang ada di dalam kereta identik dengan mahal-nya’ saya tak lupa membeli snack dan nasi rames. Bayangkan saja, kalian harus rela menggocek uang Rp – Rp untuk sekali makan. Padahal kita harus 13 jam stay di kereta yang mengharuskan untuk membeli makanan yang ada di kereta. Ya namanya juga backpackeran kita emang harus ngepress banget biaya hidup selama berkelana. A Journey has begun! Pukul tepat kereta Sri Tanjung mulai melakukan perjalanan menuju stasiun terakhir yaitu Stasiun Banyuwangi Baru. Berhubung kereta Sri Tanjung ini sering berhenti di banyak stasiun jadi jangan heran kalau kereta ini selalu full dan ramai pengunjung. Setelah beberapa jam kereta terhenti di Stasiun Surabaya Gubeng. Lumayan lama sih sekitar 10 – 15 menit berhenti ku keluar dari sekedar melepas penat di dalam kerata. Stasiun inilah yang nantinya akan menjadi stasiun terakhir saya pulang menuju Purwokerto. 13 jam terlewati akhirnya sampailah kami di Stasiun Karang Asem Banyuwangi. Tak seperti stasiun besar lainnya, pintu keluar tak seramai para penawar ojek maupun taksi. Tergolong stasiun yang kecil namun disinilah perjalanan ke Ijen lebih dekat ketimbang turun di Stasiun Banyuwangi Baru. Kebetulan saya dapat info kalau di depan Stasiun terdapat rumah singgah backpacker rumahsinggahbwi. Hanya berjalan beberapa meter dari stasiun saya bertemu dengan Pak Rahmat selaku pemilik dari Rumah Singgah sekaligus penyewaan sepeda motor. Saya disambut oleh Pak Rahmat dan sempat berbincang-bincang mengenai silsilah dari Rumah Singgah Backpacker ini bersama dua orang bule yang kebetulan juga akan berangkat menuju kawah ijen mala mini. Pak rahmat merasa senang memiliki sebuah rumah singgah, “I have a lot friends around the world” begitu kata pak rahmat menjawab pertanyaan dari seorang bule dari spanyol. touchdown St. KarangAsem Untuk menyewa motor dikenakan biaya Rp jam dan wajib meninggalkan kartu identitas. Stasiun semakin malam semakin sepi pengunjung, karena memang kereta Sri Tanjung adalah kereta terakhir yang berhenti di Stasiun Karang Asem. Sebelum melakukan road-trip menuju Paltuding Basecamp Kawah Ijen kami mengisi perut terlebih dahulu. “Naiknya nanti jam aja mas, soalnya weekend pasti ramai banget. Antisipasi aja jangan kemalaman kesananya” jelas pak rahmat. Usai kami makan sembari membeli air mineral untuk dibawa trekking kami ditawarkan untuk menaruh barang yang tak terpakai di kamar yang disediakan Pak Rahmat its free!. Sebelum menuju Paltuding terlebih dahulu mengisi bensin. Hanya mengisi bensi Rp pertalite cukup untuk perjalanan PP menuju ijen. Kata Pak Rahmat perjalanan menempuh waktu selama 1 jam dan harus ekstra hati-hati. Sepanjang perjalanan hanya ada motor kami saja, dan ditemani oleh hujan sedang. Sebelum memasuki hutan kami melewati pos retribusi dari Dusun Jambu, Kecamatan Licin Rp Terbayang kan gerimis, jalanan sepi, gelap, kanan kiri hanya ada belantara hutan? Popon hanya terdiam duduk dibelakang. Sempat bicara kalau sepanjang jalan popon melihat penunggu di jalanan menuju ijen didominasi oleh setan yang memakai semacam topeng barong. Suasana perjalananan pun ditambah mistis! Usai hutan terlewati akhirnya waktu menunjukan pukul sampailah kami di Paltuding. Banyak pengunjung yang menunggu bukanya loket retribusi tiket karena dibuka mulai jam – diusahakan perlengkapan sudah siap dari rumah lur, karena jika tidak mengharuskan membeli perlenglapan pribadi di Paltuding dengan harga mahal. Contohnya, Mantel plastic yang normalnya seharga Rp disini harganya Rp Untuk harga tiket pendakian wisatawan lokal Rp pada hari kerja, sedangkan untuk hari libur Rp Tiket untuk wisatawan mancanegara Rp pada hari kerja, sedangkan untuk hari libur Rp Cost DAY 2 Nasi Gudeg beli di depan stasiun Rp Jajanan buat di kereta Rp Sewa motor Rp dibagi 2 harga sewa Bensin Rp share cost bagi 2 Makan malam di Karang Asem Rp Retribusi Desa Rp Tiket Ijen Rp Ngopi di Paltuding Rp - + Rp DAY 3 Pukul kami memulai pendakian bermodalkan 1 daypack yang berisikan air mineral dan makanan ringan. Menurut informasi yang kami dapat hanya 2 jam menuju puncak dari pos Paltuding. Berbondong-bondong pengunjung memadati jalanan bertanah, tak hanya kaum muda-mudi saja ternyata banyak juga orang-orang tua yang masih antusias dalam mendaki gunung. Tak beberapa lama mendaki ojek-ojek ijen mulai menyambut kedatangan kami. Mereka menawarkan jasanya untuk naik ke puncak ijen tanpa rasa capek. Ojek nya bukan sembarangan ojek, melainkan hanya troli yang dibuat sendiri disertai rem dan bantalan sebagai kenyamanan penumpang. Untuk menggunakan jasa ojek tersebut dikenai biaya sekitar 700 rb PP tergantung negoisiasi penumpang. Biasanya untuk wisatawan mancanegara dikenakan biaya bisa sampai 1 jutaan. Untuk menuju puncak, ojek tersebut tidak sendirian melainkan dibantu 3 orang untuk naik. Kasihan ya bapak-bapak ojek ini lur Jalanan berupa tanah yang tak ada landai menemani perjalanan kami. Tak lama kami menjumpai rumah yang bisa disebut warungnya ijen. Disitulah pos terakhir yang menjadi daya minat untuk mengganjal perut. Beruntunglah kami disuguhi cuaca yang cerah, nampak bintang-bintang bertebaran. Salah satu orang mengikuti kami dan selalu bertanya. Ternyata pada endingnya, orang itu adalah penyewaan masker gas. Kami selalu ditawarkan untuk menyewanya karena asap belerangnya sungguh berbahaya jika tak memakai masker gas itu. Tapi kami putuskan untuk tidak menyewa karena kami sudah membawa masker double ditambahkan buff. blue fire mengintip Blue fire is just two in the world! 2 jam terlewati sudah. dari atas sini kami ingin melihat blue fire yang hanya ada 2 di dunia, yaitu di Indonesia dan Islandia. Mulailah kami menuruni medan yang terjal demi melihat Blue Fire dari dekat. Sangatlah berhati-hati lur, kondisi trek berbatu ini hanya memungkinkan dilewati oleh 1 orang saja dan kerap sekali kita harus memberi jalan kepada para penambang belerang yang lewat. Penggunaan masker disini sangatlah penting, jangan sampai kalian mati di gunung hanya karena menghirup asap belerang yang amat pekat ini. Blue Fire yang kami temui sedang malu-malu nampaknya, memang untuk bulan-bulan ini sangat tidak direkomendasikan melihat Blue Fire karena masih musim pancaroba. Timing yang tepat adalah pukul melihat Blue Fire karena jika semakin pagi cahaya biru itu sudah tidak menampakan diri. Waktu menunjukkan pukul saya putuskan untuk turun menuju ke danau dengan warna air toskanya. Indah banget parah! Berasa di luar negeri beneran! *padahal ya belum pernah ke luar negeri* Yang bikin saya amazed sama danau ini, dari segi air yang toska dibalut dengan tebing-tebing yang sangat besar membuat berasa di Iceland lur! Disinilah para penambang belerang mengambil belerangnya untuk dibawa ke atas. Beberapa wisatawan juga ikut menirukan gaya penambang belerang dengan berfoto menggunakan pikulan belerang tersebut. Hari semakin siang, kepulan asap belerang semakin menjadi-jadi. Angin tiba-tiba berhembus ke arah kami yang sedang mengabadikan kaldera ijen. Secara serentak kami langsung menghirup asap belerang yang sedang pekat-pekatnya. pagi di ijen “Pakai masker dan buffnya! Basahin dulu sama air!” saranku kepada popon Tak tahan dengan kepulan asap belerang, kami bergegas naik ke atas dengan melawan asap itu. Tiba-tiba nafasku menjadi berbunyi ngiiikkk… ngiiikkkk…. Ngiikkk… Saya khawatir sekali, dan saya menyesal kenapa tidak menyewa saja masker gas yang ditawarkan orang tadi. Dengan nafas terengah-engah kami mencoba untuk jalan pelan menuju atas, dan saya mempunyai rencana setelah ini saya ingin menuju Puskesmas Licin yang letaknya memang jauh dari Paltuding untuk meminta oksigen atau nebulizer karena memang saat itu kondisi tubuh benar-benar drop seketika setelah paru-paru terserang asap belerang. kerja keras penambang belerang Ijen Mantap! Setelah berhasil berada di atas, rasa syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Kondisi nafas sudah normal kembali. Kami beristirahat lumayan lama saat itu karena untuk menenangkan kondisi tubuh yang sempat drop. But someday bakalan balik lagi kesini lagi untuk menyaksikan sunrise dari puncak teratas ijen ini. Semakin siang semakin panas, pengunjung mulai sepi meninggalkan kawah ijen. Para penambang pun telah sibuk menghancurkan bongkahan belerang yang besar-besar itu sebelum mereka jual kepada pemborong. Di sepanjang perjalanan menuju basecamp kami disuguhi oleh pemandangan hijau yang cantik dan di depan terlihat Gunung Raung dengan gagahnya. Banyak pula para penambang menjual belerangnya kepada para wisatawan dengan pernak-pernik bentuk yang unik. unik! ada rem nya! Ada yang lebih unik lagi, seperti yang diceritakan diatas yaitu ojek gunung ijen. Kami sempat ditawarkan oleh para pemilik ojek itu. Untuk harga turun tanpa rasa capek dihargai sebesar Rp Banyak diantara mereka memilih untuk stay di titik-titik dimana pengunjung merasa capek ingin beristirahat. Sesampainya di Paltuding, kami berencana setelah mengisi perut akan mengunjungi kawah wurung yang memang tidak jauh dari Ijen, hanya 30 menit menuju arah Bondowoso. Menuju kawah wurung didominasi pemandangan yang masih cantik juga, namun ketika hendak mendekati lokasi, jalanan menuju kawah wurung tidak semulus jalan menuju paltuding. Jalanan masih rusak dan sedang diperbaiki. Kondisi jalan berbatu sekaligus menanjak, usahakan tetap ekstra hati-hati dan direkomendasikan memakai motor matic. Tiket masuk kawah wurung hanya Rp Banyak yang bilang gini, ”Kawah wurung? Mana kawahnya?” Kalau istilah jawa sih wurung atau urung itu artinya belum atau tidak jadi. Jadi bisa diartikan Kawah yang tidak jadi. Yang bikin kerennya dari kawah wurung ini adalah hamparan savanna hijau dan cekungan bukit seperti di wallpaper windows gitu. Tergolong masih sepi pengunjung, karena para wisatawan lebih mendominasi setelah dari trip ijen mereka lebih memilih menuju ke Taman Nasional Baluran. Trip kali ini gagal ke Baluran karena terhalang waktu yang memang mepet sekali. Someday pokoknya harus ke Baluran! Perjalanan pulang kami melewati paltuding lagi, dan harus benar-benar ekstra hati-hati karena saat itu perjalanan pulang kami terhalang kabut yang hanya bisa dilihat 1-2 meter saja dari kaca helm. Kondisi jalan menuju kota banyuwangi tergolong rawan kecelakaan karena jalanan yang kecil dan menurun. Jangan sampai rem blong lur! Usai satu jam perjalanan kami singgah kembali di Rumah Singgah. “terimakasih mas atas tumpangannya, maafkan kami merepotkan. Salam buat pak rahmat ya mas” saya berpamitan sekaligus menyerahkan kunci motor yang kami sewa semalam. “iya mas sama-sama, kapan-kapan mampir lagi mas. Tadi pak rahmat sedang mengantar tamu ke green bay” jawab teman pak rahmat. Kereta yang akan kami lanjutkan perjalanan yaitu kereta Probowangi menuju ke Surabaya Gubeng. Pukul yang artinya kereta sudah tiba di Stasiun Karang Asem. Kondisi di dalam kereta sangat amatlah berisik kala itu. Bagaimana tidak, kami satu gerbong dengan para ibu-ibu yang membawa anak-anak nya yang masih kecil sedang berlari kesana-kesini. Padahal perjalanan menuju Surabaya memakan waktu selama 6 jam. Dan beruntunglah kami, karena ibu-ibu rempong hendak turun di Jember. Seketika telinga menjadi plong dan bisa merasakan tidur walaupun sebentar setelah semalaman berhasil membuat mata tidak mengantuk sama sekali. Surabaya again! Gubeng menjadi stasiun terakhir yang kami singgahi. Sementara waktu itu menunjukkan pukul dan kami masih belum menemukkan tempat persinggahan untuk transit sebelum melakukan perjalanan pulang menuju Purwokerto. Tak jauh dari stasiun, tepatnya di depan Hotel Syahid kami menemukan hotel yang dilihat dari rekomendasi google memang murah namanya Hotel Gubeng. First Impression dari Hotel Gubeng sih emang tergolong murah ketimbang harus jauh-jauh dari Stasiun tapi sangat amatlah bad service. Bagaimana tidak, kamar dengan seharga Rp dengan fasilitas kipas angin dan TV itu tidak dikelola dengan bersih. Lantai-lantai masih kotor, tidak ada handuk, selimut, sabun hotel. Padahal dengan seharga itu di kota-kota lain bisa dapat pelayanan yang sewajarnya. Usai menaruh barang bawaan, perut tiba-tiba berbunyi. Sempat kepikiran kalau di Surabaya ada salah satu kuliner favorit wisatawan luar kota yaitu Sate Ondomohen yang telah berdiri sejak 1945. Tak butuh waktu lama, saya memesan GoCar untuk mengantarkan kami menuju Sate Ondomohen. source ga sempet ngefoto sendiri karena enaknya Kami datang disaat last order. How lucky I am! karena memang waktu sudah menunjukkan pukul dan memang sudah saatnya tutup. Sate yang kami pesan ada dua jenis, yaitu sate sapi dan ayam. Eits! Ini berbeda dengan sate-sate biasanya yang kita makan, melainkan sate ini terdapat kelapa atau klopo dalam pembuatannya. Sebagai pelengkap sate ini dibalut bumbu kelapa parut yang tentunya menambah cita rasa nan gurih. Untuk harga, satu porsi sate sapi berisi 10 tusuk seharga Rp dan untuk sate ayam Rp ASLI INI REKOMENDID BANGET SUPER ENAK! belum afdol kalau belum ke patung sura dan baya Usai berkenyang ria menyantap sate, banyak bilang kalau ke Surabaya belum lengkap kalau belum mengunjungi Patung Sura dan Baya, langsung tak butuh waktu lama kami memesan taksi online untuk mengantarkannya. Kami selalu mendapatkan driver yang super ramah kepada penumpang. Mereka selalu memberikan informasi tentang pesona Surabaya dari sisi positif dan negatifnya. Sesampainya di Patung Sura dan Baya kami ditawarkan untuk menggunakan jasa foto yang langsung jadi ditempat, tapi kami menolak karena saya sudah membawa kamera mirrorless. Maklumlah kaum Backpacker sedang ngepress costnya pak bukan berarti saya pelit hehe. Surabaya tergolong kota yang ramai dan tak pernah sepi walaupun di dini hari. Terbukti disaat kami perjalanan menuju hotel, masih banyak taman-taman yang dipenuhi warga Surabaya maupun luar kota. Nah untuk rencana besok pagi sebelum pulang ke Purwokerto, tidak lupa untuk membeli oleh-oleh khas. Ya walaupun tujuan utama kami ke Banyuwangi tetapi tidak mendapat satu pun buah tangan. Cost DAY 3 Tiket Masuk Kawah Wurung Rp Makan di Paltuding Rp Makan di Karang Asem dibungkus Rp Hotel Rp Sate Ondomohen + nasi dan esteh Rp Top Up GoPay buat Exploring Surabaya Rp - + Rp DAY 4 Pagi hari dengan mata sayup, saya mencoba browsing kira-kira pusat oleh-oleh mana yang cocok buat kaum backpacker. Yash! Pasar genteng menjadi destinasi berburu oleh-oleh Surabaya. Setelah kami check out dari Hotel Gubeng hanya sekitar 15 menit kami sampai di Pasar Genteng. Tak perlu basa-basi kami langsung menuju ruko-ruko yang memang berdampingan itu dipenuhi oleh pusat oleh-oleh itu. Kami mengunjungi salah satu dari ruko tersebut, hanya membeli 2 Surabaya Snowcake, 4 keripik apel mungkin terbilang cukup yak buat keluarga dan rekan kerja haha. Semakin siang sepertinya kita sudah terlalu diburu waktu kedatangan kereta logawa yang mengantarkan kami di tujuan akhir Stasiun Purwokerto. Sebelum berangkat tak lupa kami membeli nasi rames untuk bekal di dalam kereta. Karena kami menghabiskan waktu selama 9 jam didalam kereta. It’s so long road home! Logawa dengan gerbong yang amatlah panjang bergegas menuju barat. Kenangan yang tak terlupakan sepanjang trip Banyuwangi dan Surabaya membuat ingin kembali lagi merasakan dunia luar yang berbeda. Dan masih menjadi bucket list yaitu Baluran dan Green Bay! Di kereta kami hanyalah bisa membaca novel, main ludo di hape, dengerin music, makan, tidur, repeat. Berharap sih ada cewek di depan seat tempat duduk saya lalu kita ngobrol dan sharing ringan gitu sih HAHAHA just kidd! Sampailah kami di tujuan akhir Stasiun Purwokerto lalu kami berpisah, saya menuju rumah dan popon menuju wonosobo menggunakan travel. Hiks LDR lagi Cost DAY 4 Oleh-oleh optional Rp Nasi Rames Pasar Genteng Rp Pop mie Rp - + Rp MARI KITA BERHITUNG LUR! Cost DAY 1 Cost DAY 2 Cost DAY 3 Cost DAY 4 tanpa oleh-oleh TIKET JOGJA – BANYUWANGI TIKET BANYUWANGI – SBY TIKET SBY – PWT - + Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_375114" align="aligncenter" width="400" caption="Puncak Ijen yang Mengular"][/caption]Kawah Ijen di Banyuwangi sudah mendunia berkat kejuaraan sepeda bertaraf internasional. Sebagai warga kelahiran Jawa Timur ada perasaan menyesal tidak sejak dulu mengunjunginya. Dan ketika godaan untuk menikmati keindahan Ijen itu sulit dibendung, saya memutuskan untuk bersolo backpacker menuju Kawah berbagai mode transportasi menuju Kawah Ijen. Karena lokasinya yang berada di ujung timur pulau Jawa, wisatawan bisa memilih turun di Bandara Ngurah Rai, Bali atau Bandara Juanda, Surabaya kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Ada pula pilihan berkereta api, meskipun rutenya cukup melelahkan, Jakarta-Surabaya dilanjutkan dengan Surabaya-Banyuwangi, atau Jakarta-Malang dan kemudian naik kereta api menghitung-hitung budget dan memperhatikan waktu penerbangan, akhirnya saya memilih perjalanan darat via kereta. Sekitar pukul berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan pada pukul keesokan harinya saya sudah tiba Stasiun Karangasem, Banyuwangi. Cukup melelahkan tapi antusiasme saya mengalahkan rasa penat. Sudah terbayang di benak, perjalanan mendaki yang akan terbalas oleh panorama yang istirahat cukup di penginapan, sekitar pukul pagi saya sudah terbangun. Saya hanya membawa ransel berisi air minum, topi, sarung tangan, dan syal seraya mengenakan jaket dan sepatu. Saya sudah siap menuju Kawah menuju kaki gunung cukup jauh. Semakin mendekati gunung, hawa semakin dingin dan gigi mulai mengambil syal dalam tas dan mencari sarung tangan untuk membantu menghangatkan tubuh. [caption id="attachment_375115" align="aligncenter" width="225" caption="Awal Pendakian"] 14159236741617464354 [/caption]Lebih dari satu jam saya membonceng motor. Akhirnya tibalah saya di awal pendakian Ijen. Wah senangnya. Kata petugas di kantor administrasi, perjalanan mendaki memakan waktu sekitar 2-3 jam. Saya perlu pemanasan sebentar. [caption id="attachment_375116" align="aligncenter" width="333" caption="Panorama Menuju Puncak"] 1415923774395554579 [/caption]Dan mulailah perjalanan mendaki. Selama mendaki saya beberapa kali berpapasan dengan pengunjung yang turun dari puncak setelah bermalam untuk menyaksikan blue fire di kawah. Ada juga pengunjung yang mendaki berombongan. Tidak sedikit di antaranya yang sudah kakek mendaki dengan santai. Inilah enaknya solo traveling, bisa mengatur jadwal dan rute perjalanan sendiri. Jika ingin berfoto, saya bisa berhenti sesuka hati tanpa ada yang banyak pemandangan yang ingin dinikmati secara perlahan. Agak sedih juga mengingat kamera saya yang rusak sehingga hanya mengandalkan kamera di jalur pendakiannya tergolong pemula-menengah, ada beberapa bagian yang berpasir sehingga rentan terpeleset jika tidak berhati-hati. Ada juga bagian pendakian yang sudutnya tajam, lebih dari 30 derajat sehingga cukup menyedot energi. Namun setelah melalui jalur tersebut, jalur setelahnya lebih banyak mendatar. [caption id="attachment_375118" align="aligncenter" width="300" caption="Menuju Puncak"] 14159238861992532979 [/caption]Wah wah wah semakin ke puncak pemandangan semakin indah. Saya tak puas-puasnya memandanginya. Luar biasa. Indonesia memang banyak memiliki pemandangan yang wonderful. Setelah Kawah Ijen, saya jadi makin tertarik untuk menjelajah tempat menawan lainnya yang sering dipromosikan sebagai Wonderful Indonesia [caption id="attachment_375128" align="aligncenter" width="300" caption="Kawah Ijen "] 14159246741598062769 [/caption]Selain pendaki, saya juga sering berpapasan dengan penambang belerang. Mereka memanggul keranjang yang beratnya bisa mencapai 80-100 kilogram. Ada kalanya mereka menawarkan suvenir yang dibuat sendiri oleh mereka dari belerang berwarna kuning. [caption id="attachment_375121" align="aligncenter" width="300" caption="Belerang Kuning"] 141592406036295968 [/caption]Akhirnya saya tiba juga di Kawah Ijen dan menatap kawahnya yang hijau kebiruan. Hawa belerang semakin tajam dan ketika asyik menikmati pesonanya, turis asing di sebelah saya menjerit. Wah kasihan, kamera DSLR-nya jatuh persis menuju kawah. [caption id="attachment_375124" align="aligncenter" width="300" caption="Melihat Kawah "] 1415924127878324677 [/caption]Saya duduk-duduk di bebatuan sambil tak bosan-bosannya memandangi pemandangan sekitar. Setelah sinar matahari mulai hangat, saya pun beranjak dari tempat duduk. Mengingat perjalanan turunnya yang memakan waktu 2-3 jam membuat saya malah enggan meninggalkan kawah. Ingin tetap di puncak dan puas menikmati panorama indah dan suasana yang damai. [caption id="attachment_375125" align="aligncenter" width="400" caption="Beranjak Pulang"] 14159243901307491935 [/caption] Lihat Travel Story Selengkapnya

backpacker ke kawah ijen dari jogja